Kalau dikatakan bahwa
Setelah dua kali dalam waktu enam bulan digoncang gempa dengan kekuatan sekitar 6 pada jarak sekitar 200 km, sewajarnya penduduk Jakarta khawatir jika gempa yg lebih besar bisa datang menimpa. Sejarah juga mencatat, bahwa pada tahun 1833,
Di ujung abad ini, ada 4 gempa besar terjadi yang merenggut tidak kurang dari 50 000 jiwa dan mengakibatkan kerugian materil tidak kurang dari 200 milyar US dollar di California, Jepang, Taiwan dan Turki (Tabel 1). Ke-empat gempa besar ini kebetulan terjadi pada daerah yang padat penduduk dengan infraststruktur yang lengkap. Secara kebetulan juga, ke-empat sumber gempa ini berupa patahan lempeng tektonik yang dekat dengan permukaan.
Tabel 1. Empat gempa besar akibat merusak di ujung abad 20
Gempa | Terjadi | Kerugian (milyar | Mw* | Kedalaman pusat gempa (km) | Durasi (detik) | Sesar penyebab | PGA maksimum tercatat (g) |
| 17 Jan. 1994 jam 4:31 pagi | 15 | 6.7 | 18 | 15 | Thrust-fault | 1.8 |
| 17 Jan. 1995 jam 5:46 pagi | 150 | 6.9 | 10 | 17 | Thrust-fault | 0.8 |
| 17 Ag. 1999, jam 3:02 pagi | 40 | 7.4 | 17 | 45 | Strike-slip fault | 0.4 |
| 21 Sept. 1999 jam 1:47 pagi | 30 | 7.6 | 15 | 32 | Thrust-fault | 1.0 |
Mw = moment magnitude yg merupakan besaran untuk mengukur energi gempa, dihitung berdasarkan panjang dan lebar patahan yang terjadi. Pada range 6 dan 7, besaran Mw kira2 5% lebih besar dari skala Richter.
g = satuan gravitasi (9.81 m2/detik)
Jam 4:31 pagi, Senin, 17 Januari 1994, gempa berkekuatan Mw6.7 (Mw=moment magnitude) menggoncang Lembah San Fernando,
Lembah San Fernando memang terletak di daerah yang aktif gempa. Gempa ini merupakan gempa yang ketiga setelah gempa
Berdasarkan laporan dari California Institute of Technology dan US Geological Survey, sumber gempa berasal dari patahan pada kedalaman 18 km dari permukaan. Uniknya, patahan ini tadinya tidak ada atau tidak diketahui oleh para seismolgist. Rupanya patahan ini terjadi sebagai akibat pergerakan sesar San Andreas yg sekian lama mendesak lempeng ini sampai akhirnya mencapai batas keruntuhannya. Patahan ini lazim disebut blind thrust.
Gambar 1. Sesar2 besar yang aktif di sekitar
Tepat setahun kemudian, tanggal 17 Jan 1995, gempa dengan skala Mw6.9 menghentak Jepang. Gempa yg terjadi pada jam 5:46 pagi ini menggoyang daerah padat penduduk
Gambar 2. Patahan penyebab Gempa Kobe (dari EQE international)
Daerah ini terletak pada Arima Takatsuki Tectonic Line yang juga merupakan sesar strike-slip, mirip dengan sesar San Andreas. Hanya saja, sesar ini tampaknya merupakan 'hasil sampingan' tumbukan antara lempeng Filipina dengan Eurasia, yang juga ditumbuk oleh lempeng Pasifik dari arah Timur laut sehingga terjadilah sesar ini.
Secara historis, daerah
Gempa Izmit (Kocaeli), Turki
Jam 3:01 dini hari, saat enak-enaknya tidur, goncangan gempa berkekuatan Mw7.4 melanda daerah Izmit, Turki pada tanggal 17 Agustus 1999. Pada hari itu, sementara bangsa Indonesia sedang mensyukuri karunia kemerdekaannya selama 54 tahun, bangsa Turki berduka cita karena puluhan ribu warganya meninggal karena gempa ini.
Episenter gempa terletak 11 km sebelah tenggara Izmit, atau 80 km dari
Sesar ini merupakan sesar strike-slip, dan pada saat terjadi gempa ini, sesar sepanjang 60 km mengalami slip sebanyak 2.5m secara horisontal dan 2m secara vertikal.
Dalam hal percepatan gempa yang tercatat di permukaan tanah, gempa ini tidaklah begitu istimewa. Peak ground acceleration (PGA) yang tercatat paling tinggi hanyalah 0.4g, jauh lebih kecil dari PGA yg tercatat pada gempa Northridge atau
Gambar 3. Pusat gempa Izmit (Kocaeli) di Turki (dari Olsen, ERDC,WES).
Gempa besar rupanya suka datang pagi2. Seperti juga 3 gempa besar sebelumnya, gempa Chi-chi berkekuatan Mw7.6 menghentak Taiwan bagian tengah selama 30 detik, pada jam 1:47 dini hari, tanggal 21 September 1999. Lebih dari dua ribu orang meninggal karena gempa ini dengan kerugian materil lebih dari 30 milyar
Gempa ini diakibatkan oleh runtuhnya sesar Chelungpu yang merupakan thrust fault yang menghunjam dengan sudut 30 derajat ke arah timur (Gambar 4). Sesar ini merupakan bagian barat dari zona thrust-fault yg terjadi karena energi kompresi pada lempeng Eurasia akibat tumbukan lempeng Filipina dan
Biasanya, gempa2 besar di
Gambar 4. Pusat gempa Chi-chi di Taiwan (dari Olsen,ERDC-WES)
Kerusakan yg ditimbulkan
Pada prinsipnya kerusakan yang diitimbulkan dapat dibagi dua: kerusakan langsung akibat pergerakan sesar dan akibat sekunder seperti kuatnya goncangan, likuifaksi, kebakaran, dan lain-lain.
Likuifaksi adalah keadaan dimana tanah kepasiran lepas mengalami kehilangan kekuatan dan kekakuannya secara sementara akibat gempa atau beban lain. Likuifaksi mengakibatkan keruntuhan daya dukung, pergerakan tanah lateral, beda penurunan pada bangunan, dan juga longsornya dam.
Likuifaksi terjadi pada tanah pasir lepas yg jenuh air. Oleh karena itu, likuifaksi biasanya terjadi di pantai, dan daerah2 lain yang merupakan bekas aliran sungai atau danau dengan permukaan air tanah yang tinggi.
Salah satu sebab utama gempa2 ini sangat merugikan adalah karena gempa2 ini terjadi pada daerah yg berpopulasi padat, dengan infrastruktur yg sudah jadi. Kalau kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa Northridge dapat dikatakan paling kecil dibandingkan kerusakan yg ditimbulkan oleh tiga gempa lainnya (lihat Tabel 1)), maka kemugkinan itu adalah hasil dari penerapan Peraturan Bangunan Tahan Gempa yg memadai secara ketat, tipe bangunan dan kondisi geologi lokal yang berbeda dengan daerah
Dari ke-empat gempa ini, hanya satu yg langsung diakibatkan oleh sesar strike-slip, yaitu Gempa Izmit. Tiga lainnya diakibatkan oleh thrust-fault sebagai akibat sampingan baik dari pergerakan patahan strike-strip (Northridge) ataupun akibat pergerakan lempeng pada daerah hunjaman (subduction) seperti di
Dari ke-empat gempa ini hanya satu gempa yg memang sudah diduga bakal terjadi, yaitu gempa Izmit. Dengan menghitung besarnya tegangan dan regangan, yg berarti juga enerji, sepanjang segmen sesar Anatolia utara, sejak tahun 1997 US Geological Survey sudah mengantisipasi akan terjadinya gempa di daerah sekitar Izmit. Di sepanjang sesar ini, hanya bagian inilah yang belum mengalami keruntuhan sejak tahun 1939. Sedangkan 6 segmen2 lainnya telah runtuh dan menghasilkan gempa dengan magnituda sekitar 7, pada tahun 1939, 1942, 1943, 1957 dan 1967.
Gempa2 lainnya dapat dikatakan tidak diduga bakal terjadi di daerah itu. Secara historis, daerah Kobe, di Jepang, Chi-chi di Taiwan termasuk daerah yang ‘miskin’ gempa besar. Kecuali Northridge, yang memang dikelilingi oleh beberapa sesar aktif. Sekalipun demikian, tidak ada seorangpun yang menyangka bahwa di bawah
Ke-empat gempa ini melanda negara dengan teknologi tahan gempa yang canggih, Amerika Serikat,
Sebagai ilustrasi mengenai kuatnya goncangan gempa2 ini, pada Gambar 5 terlihat jalan layang di Kobe yang runtuh dan Gambar 6 memperlihatkan gedung rangka beton yang luluh lantak di Izmit.
Gambar 6. Gedung rangka beton yang luluh lantak akibat gempa Izmit di Turki.
Pada ke-empat bencana gempa ini, bencana likuifaksi terjadi di mana-mana. Terutama daerah pantai yang biasanya terdiri dari endapan tanah kepasiran yang lepas serta juga mempunyai muka air tanah yang tinggi. Di Kobe dan Izmit, selain faktor percepatan yang tinggi yang banyak merusak bangunan gedung rangka beton, likuifaksi merupakan salah satu faktor utama yg menyebabkan banyaknya amblasan gedung akibat hilangnya daya dukung (Gambar 7), serta terjadinya pergerakan lateral, yang menyebabkan rumah dan gudang berpindah ke laut (Gambar 8), atau juga jatuhnya bentang jembatan (Gambar 9).
Gambar 7. Amblasnya bangunan karena hilangnya daya dukung akibat likuifaksi. Gempa Izmit, Turki (dari Olsen, ERDC-WES).
Gambar 8. Akibat likuifaksi di pantai
Gambar 9. Jatuhnya bentang jembatan karena adanya pergerakan lateral tanah akibat likuifaksi(dari
Pelajaran yang bisa diambil
Jelas, tak ada seorangpun ingin
Tapi pertanyaannya sekarang, mungkinkah Jakarta akan terkena gempa besar seperti yang pernah terjadi di Northridge, Kobe, Izmit atau
Alasan pertama, karena tiga dari empat gempa di atas, terjadi pada daerah yg tadinya tidak disangka sama sekali akan mengalami gempa besar. Khususnya untuk gempa Kobe (Jepang) dan Chi-chi (Taiwan), yg terjadi akibat adanya keruntuhan thrust-fault yang dihasilkan oleh adanya tumbukan lempeng tektonik pada zona subduksi di daerah masing2, mempunyai geometri yang mirip dengan zona subduksi di pantai selatan Jawa, khususnya Jawa Barat. Sesar2 permukaan yang terjadi di Sukabumi,
Alasan kedua, secara historis
Dari keterangan diatas, Jakartapun pernah mengalami likuifaksi akibat gempa besar. Kemungkinan kasus likuifaksi ini terjadi di
Sebelum krisis terjadi, pemerintah dengan bantuan swasta mengembangkan kawasan Pantai Utara Jakarta untuk perumahan dan perhotelan dengan cara mereklamasi pantai. Metoda yang dipakai adalah metoda hydraulic fill ditambah dengan pemasangan vertical drain untuk mempercepat proses konsolidasinya. Metoda ini memang cukup berhasil untuk mempercepat pencapaian kekuatan tanah sehingga bisa dicapai keseimbangan statik disain, baik saat konstruksi dengan membatasi ketebalan lapisan timbunan, ataupun juga jangka panjang setelah konstruksi. Tapi, dari segi ketahanan tanah terhadap beban gempa, metoda ini sangat riskan. Tanpa menambah kekakuan tanah, misalnya dengan cara stone-column, jet-grouting, soil-mixing, dan metoda2 perbaikan tanah yang semacam itu, maka ketahanan tanah endapan dengan metoda hydraulic fill terhadap beban dinamik tetap rendah, dan berpotensi besar untuk mengalami likuifaksi, walaupun dengan percepatan hanya sekitar 0.13g saja. Bukti2 ini sudah terlihat di lapangan pada peristiwa gempa
Enggak percaya? Boleh saja..,tapi mungkin saja ketidakpercayaan terhadap informasi ini bisa mahal harganya.
Sumbang pikiran untuk bangsaku tercinta,
Melbourne, 13 Sept 2000 (ditulis sebelum Gempa Sumatra 2004)
Hendra Jitno, Ph.D., CPEng, FIEAust, NPER.